RAGAM

Manusia sebagai Wakil Tuhan yang Memiliki Kebebasan dalam menentukan arah hidup, Kemerdekaan sebagai fondasi

100
×

Manusia sebagai Wakil Tuhan yang Memiliki Kebebasan dalam menentukan arah hidup, Kemerdekaan sebagai fondasi

Sebarkan artikel ini
Mohammad Rahul Farhan

Oleh Mohammad Rahul Farhan

Peserta LK III JABODETABEK-BANTEN

Konsep manusia sebagai khalīfatullāh fil arḍ (wakil Tuhan di bumi) dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI merupakan landasan filosofis yang membentuk watak keislaman, keumatan, dan kebangsaan kader HMI. Namun, posisi manusia sebagai wakil Tuhan tidak hanya mengandung kehormatan, tetapi juga mengandung tanggung jawab moral yang kompleks. NDP menekankan bahwa manusia bukan sekadar makhluk biologis atau sosial, tetapi subjek etis yang diberi kapasitas akal, kebebasan, dan kemampuan transendensi.

NDP menempatkan manusia pada posisi istimewa karena diberi potensi cipta, rasa, dan karsa. Namun problem akademik yang sering muncul adalah: apakah posisi istimewa itu menjamin manusia otomatis bersikap benar?

Tidak. Justru posisi sebagai wakil Tuhan membuka ruang ujian moral. Kebebasan yang tinggi tanpa kerangka nilai akan berubah menjadi destruktif, seperti tampak dalam realitas sosial-politik: korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan manipulasi agama.

Dengan demikian, NDP perlu dibaca ulang tidak hanya sebagai doktrin normatif, tetapi sebagai etika tanggung-jawab: bahwa setiap kebebasan mengandung potensi kebaikan sekaligus penyimpangan.

NDP menyatakan bahwa manusia memiliki “tinggi kebebasan” karena dibekali akal dan kehendak. Namun, kebebasan dalam perspektif Islam bukanlah kebebasan absolut, melainkan kebebasan bermoral.

Secara akademis, ada dua ketegangan penting:

1. Ketegangan antara determinisme teologis dan kebebasan manusia.

Jika Tuhan Maha Menentukan, sejauh mana keputusan manusia benar-benar bebas?

2. Ketegangan antara kebebasan individu dan struktur sosial-politik.

Dalam masyarakat modern, kebebasan manusia sering ditentukan oleh ekonomi, kekuasaan, dan ideologi.

NDP cenderung menempatkan kebebasan sebagai atribut esensial manusia. Tetapi secara kritis harus diakui bahwa kebebasan itu sering terjerat struktur. Karena itu, pembacaan NDP harus mencakup analisis struktural agar tidak terjebak pada moralitas individualistik semata.

Sebagai wakil Tuhan, manusia tidak hanya bertugas menjaga alam tetapi juga menegakkan keadilan dalam masyarakat. Namun, NDP belum sepenuhnya mengantisipasi tantangan kekuasaan modern: kapitalisme global, negara yang mengontrol warganya, dan politik identitas.

Oleh karena itu, posisi manusia sebagai wakil Tuhan harus dimaknai sebagai:

– Tindakan etis yang berpihak pada keadilan sosial, bukan sekadar moralitas pribadi.

– Komitmen terhadap perbaikan struktur, bukan hanya pengembangan kapasitas individu.

– Keberanian melawan ketidakadilan, termasuk yang dilakukan oleh negara atau kelompok elit.

Dengan demikian, kekhalifahan bukan hanya konsep spiritual, tetapi proyek politik dan sosial yang menuntut keberpihakan.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *