Konus.id, PENAJAM – Gagasan pembinaan siswa bermasalah melalui pendekatan militer menuai respons kritis dari Ketua Komisi II DPRD Penajam Paser Utara (PPU), Thohiron. Ia menilai, pembentukan karakter pelajar tetap harus berada dalam ranah pendidikan formal dan bukan dialihkan ke tangan lembaga non-pendidikan.
“Seburuk apapun perilaku siswa, tanggung jawab pembinaan tetap ada pada guru. Jangan sampai peran mendasar ini dialihkan,” kata Thohiron, Minggu (18/5/2025).
Pernyataannya merespons model pembinaan siswa bermasalah yang sebelumnya diterapkan di Jawa Barat oleh Gubernur Dedi Mulyadi dengan pendekatan semi-militeristik.
Sebagai mantan guru, Thohiron menekankan bahwa guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pembentuk karakter. Ia menyoroti maraknya anak putus sekolah akibat alasan-alasan sepele, padahal pendidikan sudah digratiskan oleh negara.
“Sekolah sekarang gratis, tapi anak-anak banyak yang ogah sekolah kalau tidak dibelikan motor. Ini bukan soal biaya lagi, ini soal pola pikir,” tegasnya.
Menurutnya, motivasi belajar generasi saat ini melemah karena minimnya kedisiplinan dan kurangnya peran keluarga serta lingkungan. Ia menolak keras pendekatan militer dalam dunia pendidikan yang menurutnya berisiko menimbulkan trauma dan tak menyentuh akar persoalan.
“Dulu saya jalan kaki lima kilometer ke sekolah, sekarang setengah kilometer pun malas kalau nggak naik motor. Ini yang harus kita ubah. Bukan dengan keras, tapi dengan pendekatan manusiawi dan mendidik,” tambahnya.
Thohiron mengajak sekolah, orang tua, dan masyarakat bergandengan tangan menumbuhkan kembali semangat belajar dan menanamkan kedisiplinan secara konsisten. Ia menutup dengan nada tajam namun penuh harap,
“Sekolah memang gratis, tapi jangan sampai semangat belajarnya juga ikut-ikutan gratis,” pungkasnya.