DPRD PPU

DPRD PPU Soroti Ironi Tingginya Produksi Ikan di Tengah Angka Stunting yang Masih Tinggi

8
×

DPRD PPU Soroti Ironi Tingginya Produksi Ikan di Tengah Angka Stunting yang Masih Tinggi

Sebarkan artikel ini
Anggota DPRD PPU, Ishaq Rahman

Konus.id, PPU – Penajam Paser Utara (PPU) memiliki produksi ikan yang melimpah, tetapi ironisnya, angka stunting di wilayah tersebut masih tergolong tinggi. Kondisi ini menjadi sorotan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) PPU, yang mempertanyakan mengapa sumber protein yang melimpah tidak mampu menekan angka stunting di daerah itu.

Anggota DPRD PPU, Ishaq Rahman, menyatakan bahwa adanya sumber daya protein tinggi seperti ikan seharusnya bisa menjadi solusi dalam mengurangi angka stunting. Namun, kenyataan di lapangan justru menunjukkan ketidaksesuaian yang menimbulkan pertanyaan besar.

“Produksi ikan kita besar, tapi angka stunting juga tinggi. Rasanya ini nggak sinkron, ya,” ungkap Ishaq.

Menurutnya, situasi ini menunjukkan adanya masalah dalam distribusi atau pemanfaatan hasil produksi pangan lokal. DPRD pun mempertanyakan, bagaimana bisa PPU dengan sumber protein yang begitu melimpah justru mengalami permasalahan kesehatan dasar seperti stunting.

Menurut Ishaq, angka stunting yang masih tinggi menunjukkan bahwa akses gizi yang seharusnya tersedia dari sumber protein lokal belum optimal.

Ishaq juga menyoroti bahwa kebutuhan gizi, terutama protein dari ikan, sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anak untuk menghindari stunting.

“Kebutuhan akan gizi dan protein tinggi, tapi kita punya produksi ikan yang besar. Stunting masih jadi perdebatan yang nggak bisa selesai,” lanjutnya.

Ia menekankan pentingnya kajian mendalam untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi penyebab ketidaksesuaian ini. Ishaq mempertanyakan apakah produksi ikan yang melimpah sudah terdistribusi dengan baik ke masyarakat atau apakah ada faktor lain, seperti harga atau distribusi, yang membuat akses terhadap protein menjadi terbatas bagi kalangan tertentu.

Lebih jauh, Ishaq menyatakan bahwa isu stunting seharusnya tidak hanya dilihat dari status ekonomi masyarakat, tetapi juga dari pemahaman dan distribusi pangan bergizi. Ia memaparkan bahwa anggapan bahwa stunting hanya dialami oleh keluarga kurang mampu tidak selalu benar.

“Apakah ada jaminan bahwa anak orang kaya tidak stunting? Atau jaminan bahwa orang miskin pasti stunting? Ini kan jadi perdebatan yang nggak ada ujungnya,” ujarnya.

Ishaq melihat bahwa penyebab stunting bisa lebih kompleks, melibatkan aspek-aspek distribusi gizi yang tidak merata, pemahaman gizi di kalangan masyarakat, hingga kebijakan pemerintah yang kurang responsif terhadap kebutuhan lokal. (adv/dprd/ppu/dag)

 

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *