Konus.id, PPU – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Penajam Paser Utara (PPU), Sujiati, menyoroti rendahnya harga jual rumput laut yang diterima oleh petani setempat, yang hanya berkisar di angka Rp3.000 per kilogram.
Harga yang jauh dari memadai ini disebabkan oleh metode pasca panen tradisional yang masih banyak diterapkan oleh petani, yang sekadar memanen dan menjemur hasil tangkapan mereka di tanah tanpa prosedur pengolahan lebih lanjut.
“Saat ini, petani hanya mendapatkan sekitar Rp3.000 rupiah karena mereka hanya memanen dan menjemur di tanah begitu saja,” ujar Sujiati.
Menurutnya, rendahnya kualitas rumput laut yang dihasilkan akibat proses pasca panen yang sederhana ini berdampak langsung pada harga yang diterima oleh petani. Setelah rumput laut kering, pengepul biasanya membelinya dari petani dengan harga rendah, lalu menjualnya kembali dengan harga yang sudah jauh lebih tinggi di pasar yang lebih besar.
Fenomena ini, menurut Sujiati, adalah salah satu faktor yang membuat kesejahteraan petani rumput laut di PPU sulit meningkat. Ketergantungan petani pada metode pasca panen tradisional membuat nilai tambah rumput laut hilang di tangan pengepul.
“Setelah itu, pengepul yang mengambilnya dan menjual kembali dengan harga yang sudah jauh lebih tinggi,” jelasnya.
Sujiati mengungkapkan bahwa jika petani bisa meningkatkan kualitas pasca panen dengan cara yang lebih modern, maka petani sendiri yang akan menikmati keuntungan dari harga jual yang lebih tinggi.
Sujiati mendorong pemerintah daerah, terutama dinas terkait, untuk memberikan pelatihan teknis dan pendampingan bagi petani rumput laut di PPU. Ia yakin bahwa dengan adanya pembinaan dari pemerintah, petani dapat mempelajari cara-cara baru dalam menangani hasil panen mereka sehingga kualitasnya meningkat dan daya jualnya pun lebih tinggi.
Pelatihan ini diharapkan dapat mencakup teknik pengeringan dan pengolahan yang lebih modern yang dapat menjaga kualitas dan meningkatkan harga jual. (adv/dprd/ppu/dag)