Konus.id, Kutai Timur – Kawasan Teluk Pandan yang terletak di perbatasan Kota Bontang dan Kutai Timur kini mulai menunjukkan potensi sebagai destinasi wisata mancing yang sangat menjanjikan. Wilayah yang selama ini hanya dikenal dengan tambak ikan bandeng dan beberapa lahan pertanian, kini mulai dikembangkan sebagai ruang rekreasi Sport Fishing.Â
Lokasinya yang strategis dan sangat dekat dengan Kota Bontang akan menjadi nilai tambah bagi Teluk Pandan untuk menjadi pilihan alternatif wisata berbasis perikanan. Antusiasme masyarakat setempat juga terlihat dari upaya mereka dalam mengelola tambak, bukan hanya sebagai sumber produksi ikan, tetapi juga sebagai tempat rekreasi yang dapat dinikmati oleh wisatawan.
Pemilik tambak budidaya yang dikolaborasikan dengan wisata pemancingan ini, Bapak H. Mugi mengatakan bahwa dengan adanya potensi ini, semoga Teluk Pandan bisa berpeluang menjadi destinasi wisata Sport Fishing yang menarik dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan perekonomian lokal melalui sektor pariwisata perikanan.
“awalnya berawal dari harapan saya ingin membuat Sport Fishing dengan memanfaatkan tambak yang saya miliki, tapi ternyata masyarakat sekitar memiliki antusias dan dukungan penuh untuk mengembangkan tambak mereka” Jelas Pak H. Mugi.
Dalam kesempatan ini, pada Rabu (28/5), dua mahasiswa Magister Ilmu Perikanan dari Universitas Mulawarman, Aulia Wanda Devania dan Ibnu Mashuri, bersama dosen mata kuliah Sistem Teknologi Akuakultur Universitas Mulawarman (UNMUL) sekaligus Ketua Sekolah Tinggi Perikanan (STIPER) Kutai Timur, Dr. H. Ismail Fahmy Almadi, S.Pi., M.P., menghampiri lokasi tersebut dalam rangka kunjungan lapangan dan diskusi awal terkait potensi pengembangan kawasan khususnya dibidang perikanan.
Tambak yang dikelola oleh Pak H. Mugi, atau yang lebih akrab dikenal warga sebagai “Pak Kumis” ini mampu menarik perhatian akademisi karena mampu mengkolaborasikan Bidang Perikanan dan Pariwisata pada tambaknya.
“saya membawa 2 mahasiswa dalam kunjungan ini agar mereka melihat secara langsung implementasi dari Sistem Teknologi Akuakultur yang mengkolaborasikan Budidaya Ikan dengan Destinasi Wisata, mereka akan mendapatkan banyak informasi tentang konsep yang menguntungkan dari segi sosial dan ekonominya” Ungkap Pak Fahmy Dosen UNMUL yang juga selaku Ketua STIPER.
Total luas tambak di kawasan Teluk Pandan sangat besar, mencapai sekitar 25 hektar. Semua lokasi digunakan sebagai kolam pemancingan. Menurut mereka minat dan antusias pengunjung sangatlah tinggi.
“Tambaknya memang sangat luas, sekitar 25 hektar, bahkan akhir pekan kemarin sudah hampir 100 orang yang datang berkunjung,” ujar Pak H. Mugi.
Pengunjung cukup membayar Rp 35.000 setiap memancing 1kg ikan Bandeng. Mereka bisa membawa alat pancing sendiri dan menikmati hasil tangkapan secara langsung di tempat.
“Biasanya langsung dibakar, dimakan pakai nasi dan sambal. Sederhana saja, tapi pengunjung suka karena suasananya juga kan mendukung,” tambah Pak H. Mugi.
Meski masih terbatas dalam hal fasilitas seperti ketersediaan listrik, namun masyarakat menunjukkan semangat yang sangat tinggi. Beberapa di antaranya bahkan bersedia menghibahkan tanah jika dibutuhkan demi mendukung pengembangan kawasan ini.
Pak H. Mugi dan warga lainnya berharap tambak tersebut bisa menjadi lebih dari sekadar tempat pemancingan biasa. Mereka ingin tempat ini dilirik sebagai lokasi riset, pengembangan, dan edukasi oleh pihak akademisi.
“Kami sangat berharap teman-teman dari kampus mau lebih sering datang. Lakukan penelitian, pendampingan, atau pelatihan di sini. Jadi tempat ini bukan cuma tempat cari ikan, tapi juga tempat belajar dan berkembang,” harap Pak H. Mugi.
Saat ini, Teluk Pandan sudah mulai diproyeksikan sebagai salah satu lokasi yang akan dikembangkan dalam bidang pariwisata, khususnya wisata berbasis perikanan. Rencana ini masih dalam tahap awal, namun dinilai sejalan dengan inisiatif warga.
“Kolaborasi itu penting. Pemerintah punya peran kebijakan dan dukungan program, masyarakat punya semangat dan sumber daya, sementara akademisi bisa bantu dari sisi pengetahuan dan inovasi,” tambah Pak Dr. Ismail Fahmy.
Menurutnya, sinergi seperti ini bisa menjadi contoh nyata pengembangan wilayah berbasis potensi lokal yang berkelanjutan. Kampus seperti UNMUL dan STIPER siap berkontribusi melalui penelitian, pengabdian masyarakat, dan pelatihan teknis.
Disisi lain, bagi Aulia dan Ibnu kunjungan ini membuka wawasan baru. Mereka melihat langsung bagaimana semangat masyarakat bisa menjadi titik awal pembangunan yang berdampak
“Kita melihat langsung dari warga bagaimana mereka merawat semangat kelompok untuk tetap menjaga konsistensi dalam mengembangkan ide dan inisiatifnya. Tentu ini jadi pengalaman berharga buat kami, apalagi melihat solidaritas mereka yang tinggi meskipun banyak kendala karena tinggal diperbatasan” kata Aulia.
Mereka juga berharap agar lokasi ini harus diberikan perhatikan lebih agar bisa menjadi daerah yang menghasilkan lebih banyak produk-produk unggulan.
“Dasar mereka sudah kuat yaitu SDM yang memiliki gagasan dan loyalitas, tinggal bagaimana pemerintah saja yang harus bisa memberikan perawatan yang lebih. Peluang disini sangat banyak, apalagi untuk Pokdakan Tambak Sari, sungguh disayangkan jika tidak diperhatikan” Ungkap Ibnu.
Dengan semangat gotong royong dan dukungan lintas sektor, masyarakat Teluk Pandan berharap ke depannya tambak milik mereka bisa berkembang menjadi tempat wisata mancing yang bermanfaat luas, bukan hanya sebagai tempat hiburan, tapi juga sebagai ruang pembelajaran dan pemberdayaan ekonomi lokal.
“Harapan saya dan teman-teman semoga tempat kami ini bisa lebih diperhatikan dan bisa mendapatkan lebih banyak program untuk pemberdayaan” Tutup Pak H. Mugi. (aw/KutaiTimur)