Konus.id Samarinda – Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Firnadi Ikhsan, menyoroti bahwa tantangan utama yang kini dihadapi peternak ayam petelur bukan sekadar peningkatan produksi, tetapi kepastian penyerapan hasil. Ia menegaskan, dorongan memperluas usaha harus dibarengi jaminan pasar yang jelas agar peternak, terutama di desa, tidak kesulitan menjual telur.
Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Firnadi Ikhsan, menilai bahwa persoalan terbesar yang kini dihadapi peternak ayam petelur adalah kepastian pasar.
Ia menegaskan bahwa sebelum mendorong masyarakat memperluas usaha, jaminan penyerapan produksi harus lebih dulu disiapkan.
Firnadi menyebut tingginya minat masyarakat untuk terjun ke usaha ayam petelur pada 2025 belum diimbangi dengan stabilnya akses pasar.
“Pasar adalah aspek paling krusial yang harus dipastikan sejak awal,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, Firnadi bersama sejumlah pihak bergerak menghubungkan peternak lokal dengan jaringan dapur-dapur MBG di Kaltim yang memiliki kebutuhan telur cukup besar.
“Kebutuhan dari dapur-dapur ini tinggi dan bisa menjadi peluang pasar yang lebih stabil bagi peternak,” jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa satu dapur MBG membutuhkan sekitar enam ribu butir telur per minggu. Dengan jumlah dapur yang terus bertambah, potensi penyerapan produksi dari peternak lokal dinilai sangat besar dan berkelanjutan.
Firnadi berharap peluang ini dapat dimanfaatkan maksimal, terutama oleh masyarakat desa yang baru merintis usaha peternakan.
Menurutnya, jaminan pasar menjadi kunci agar usaha ayam petelur dapat berkembang dan menjadi sumber ekonomi baru bagi warga.
“Produksi itu penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pasar terhubung sehingga usaha masyarakat bisa terus berjalan,” tutupnya.(aw/adv/dprdkaltim)














