Konus.id, Jakarta – Aulia Wanda Devania seorang Mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan Magister di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, menjadi perwakilan dari Badko HMI Kalimantan Timur-Kalimantan Utara (Kaltim-Tara) yang merupakan utusan dari HMI Cabang Samarinda untuk mengikuti kegiatan nasional Latihan Kader (LK) III Badko HMI Jabodetabek-Banten dengan mengangkat tema dari tesisnya yaitu : Optimalisasi Kualitas Air Sungai Mahakam Dalam Mendukung Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Timur ke dalam forum kaderisasi tertinggi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Forum yang bertujuan untuk melahirkan kader pemimpin itu berlangsung dari 28 November hingga 5 Desember 2025 di wilayah Jabodetabek-Banten tepatnya di Jakarta Utara. Mahasiswi yang akrab di sapa Wanda itu mengatakan bahwa pembahasan yang ada di dalam forum sangat produktif mengkaji permasalahan umat dan bangsa.
“Peserta forum ada 34 orang yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Permasalahan yang di kaji cukup banyak dan kompleks, sehingga kami bisa saling bertukar pikiran mengenai semua permasalahan di tiap-tiap daerah. Selain membahas permasalahan atau isu yang sudah terjadi, forum juga membahas Solusi dan pandangan untuk Indonesia dalam beberapa tahun kedepan. Saat ini, tim pengelola sedang merumuskan satu buku yang berisikan tentang tulisan-tulisan kami agar forum kami bisa bermanfaat untuk banyak orang” Jelas Wanda.
Seperti yang kita ketahui bahwa Sungai Mahakam sebagai arteri utama kehidupan di Kalimantan Timur, yang merupakan sumber air baku, transportasi, perikanan, pertanian, serta penopang budaya lokal bagi 4,26 juta jiwa, kini sedang mengalami ancaman yang cukup serius. Penurunan kualitas airnya akibat aktivitas industri, pertambangan batu bara, pemukiman, limbah domestik, dan pertanian menyebabkan peningkatan pencemaran lingkungan. Dalam penelitiannya, ia menyebutkan bahwa kekeruhan Sungai Mahakam kini mencapai 49,92 NTU, Total Dissolved Solids (TDS) 52,50 mg/L, kontaminasi logam berat Fe 1,5329 mg/L serta Zn 0,0483 mg/L, dan bakteri E. coli mencapai 39 g/mL. Kondisi ini tidak hanya meningkatkan risiko penyakit saluran pencernaan serta kulit di masyarakat bantaran sungai, tapi juga menggerus produktivitas sektor primer yang jadi tulang punggung ekonomi daerah.
Solusi Inovatif Berbasis Kearifan Lokal
Wanda mempresentasikan solusi revolusioner melalui ekstrak terung asam (Solanum ferox), tanaman lokal Kalimantan Timur yang melimpah, sebagai koagulan alami ramah lingkungan. Hasil pengujian di laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Akuakultur FPIK Unmul, Kualitas Air FPIK Unmul, serta PT Laboratorindo Alam Bestari menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu kekeruhan turun ke 19,93 NTU, TDS ke 30 mg/L, Fe ke 1,1627 mg/L, Zn ke 0,044 mg/L, dan E. coli hanya tersisa 3 CFU/mL. Inovasi ini mampu menjadi alternatif penggunaan koagulan kimia seperti tawas yang menghasilkan residu berbahaya dan lumpur sulit terurai, sehingga mendukung pengolahan air berkelanjutan tanpa dampak negatif jangka panjang.
Urgensi untuk Keberlanjutan dan Kesejahteraan
Urgensi penelitian ini tak terbantahkan karena Sungai Mahakam bukan sekadar sumber daya alam, melainkan fondasi peradaban Kaltim yang mengintegrasikan ekosistem, ekonomi, dan budaya. Pencemaran ringan hingga sedang (berdasarkan Indeks Pencemaran 2018-2022) berpotensi merusak keberlanjutan lingkungan, mengancam biodiversitas ikan serta tanaman air, serta melemahkan ketahanan pangan masyarakat yang bergantung pada perikanan dan pertanian. Secara ekonomi, peningkatan kualitas air berpotensi tekan biaya kesehatan masyarakat, tingkatkan hasil panen, perkuat Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta ciptakan ekonomi sirkular melalui pemanfaatan tanaman lokal. Bagi kesejahteraan holistik, solusi ini meningkatkan akses air bersih aman, kurangi morbiditas terkait air tercemar, dan lestari identitas budaya turun-temurun di sepanjang Mahakam, sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan nasional.
Ia menegaskan, pendekatan ini siap diintegrasikan ke program pemerintah daerah untuk restorasi sungai secara masif. Dengan harmoni antara inovasi ilmiah dan kearifan lokal, optimalisasi Sungai Mahakam menjadi investasi strategis bagi generasi mendatang yang sehat, produktif, dan berbudaya.
“Sudah saatnya kita beralih ke treatment yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Kalau bukan kita yang menjaga keberlanjutannya, siapa lagi?” tutup Wanda.
















