AdventorialDPRD PPU

PPU Alami Deflasi Akibat Melimpahnya Pasokan Pangan, Balikpapan Catat Inflasi Ringan

193
×

PPU Alami Deflasi Akibat Melimpahnya Pasokan Pangan, Balikpapan Catat Inflasi Ringan

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi inflansi(ist)

Konus.id, PPU – Laju harga kebutuhan masyarakat di Kalimantan Timur bergerak bervariasi pada Oktober 2025. Kota Balikpapan tercatat mengalami inflasi ringan sebesar 0,03 persen (month-to-month/mtm), sementara Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) justru mencatat deflasi cukup dalam yakni 0,48 persen (mtm). Data tersebut dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Bank Indonesia (BI) Balikpapan.

Di Balikpapan, inflasi terutama dipengaruhi kenaikan harga pada Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya dengan andil 0,26 persen (mtm). Lima komoditas utama yang memberi dorongan inflasi ialah emas perhiasan, air kemasan, semangka, kangkung, dan jeruk. Kenaikan harga emas mengikuti tren global, sementara air kemasan terdorong biaya distribusi akibat antrean solar kendaraan operasional. Untuk komoditas pangan, semangka dan kangkung naik karena pasokan terbatas saat curah hujan tinggi, sedangkan jeruk terdampak menurunnya pasokan lokal maupun impor.

Secara kumulatif, inflasi Balikpapan berada pada level terkendali: 1,37 persen (year-to-date/ytd) dan 1,81 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka tersebut lebih rendah dari inflasi nasional 2,86 persen (yoy) serta masih dalam rentang sasaran nasional 2,5 persen ± 1 persen.

Sebaliknya, Kabupaten PPU menikmati penurunan harga sejumlah komoditas pangan sehingga mendorong deflasi 0,48 persen (mtm). Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang terbesar dengan andil deflasi 0,68 persen (mtm). Komoditas yang menekan harga ialah ikan tongkol, ikan layang, tomat, cabai rawit, dan bawang merah. Melimpahnya hasil tangkapan nelayan serta musim panen di berbagai sentra produksi menjadi faktor utama penurunan harga.

Meski deflasi cukup kuat, PPU tetap mencatat inflasi tahunan 2,47 persen (yoy), lebih rendah dari nasional namun sedikit lebih tinggi dibanding gabungan empat kota di Kalimantan Timur.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan, Robi Ariadi, menyebut fluktuasi komoditas masih dalam batas wajar dan tidak mengganggu stabilitas daya beli. Optimisme konsumen bahkan meningkat, terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai 119,3 pada Oktober, naik dari 118,3 pada September. Peningkatan aktivitas ekonomi juga tercermin dari transaksi digital QRIS yang tumbuh signifikan, yakni 150,31 persen (yoy) di Balikpapan dan 160,34 persen (yoy) di PPU.

BI Balikpapan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menegaskan akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah melalui pemantauan harga, sidak pasar, perluasan kerja sama antar wilayah, hingga gelar pangan murah secara rutin. “Kami terus bersinergi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) agar inflasi daerah tetap terjaga dalam sasaran nasional 2,5 persen ± 1 persen,” ujar Robi Ariadi. (aw/adv/dprdppu)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *